banner 1100x647

Tamsil Linrung: Dari Daerah untuk Indonesia, Jejak Pengabdian yang Membumi dan Tak Pernah Padam

Oleh: Musmuliadi, Founder Anak Muda Desa

JURNAL – Di tengah hiruk-pikuk panggung politik nasional, ada sosok yang tetap teguh berjalan di jalannya sendiri, dia adalah Tamsil Linrung. Bagi banyak orang, politik hanyalah arena perebutan kuasa; bagi Tamsil, politik adalah jalan pengabdian yang berakar dari kampung dan berbuah untuk seluruh negeri.

Tamsil Linrung lahir pada 17 September 1961 di Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, ia kini mengemban amanah sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2024–2029.

Baca juga: Dari Wajo ke Nasional: Anak Muda Berkarya Bersama PKS

Perjalanan Tamsil adalah kisah konsistensi dan dedikasi. Ia pernah lama berkiprah di DPR RI hingga 2019, dipercaya menjadi wakil ketua Badan Anggaran, dan dari forum itu lahirlah gagasan besar yang kini dikenal sebagai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)—warisan yang membuka jalan bagi ribuan anak muda Indonesia menimba ilmu ke berbagai penjuru dunia. Namun prestasi formal hanyalah sebagian kecil dari cerita hidupnya.

Tamsil adalah suara nurani bangsa, tegas membela hak-hak kemanusiaan global, termasuk komitmennya pada perjuangan Palestina, yang ia lihat sebagai cerminan amanah konstitusi dan suara hati rakyat Indonesia.

Kini, sebagai wakil ketua DPD RI, Tamsil menyalakan semangat baru: memperkuat suara daerah agar pembangunan merata hingga pelosok negeri. Bagi Tamsil, republik hanya akan kuat bila daerahnya kuat.

Saya pribadi merasa sangat beruntung dapat bertemu dan belajar langsung dari Tamsil. Dari perjumpaan itu, saya tidak hanya melihat politisi, tetapi seorang guru kehidupan. Dalam sikapnya yang tenang, saya menemukan kerendahan hati; dalam tutur katanya yang sederhana, saya menangkap keluasan visi seorang negarawan; dan dalam langkahnya yang konsisten, saya membaca jejak pengabdian yang tak pernah padam.

Tamsil Linrung bukan sekadar sosok di panggung politik, ia adalah cermin kepemimpinan sejati: keberanian berpijak pada prinsip, kebijaksanaan lahir dari pengalaman, dan kasih tertuju pada rakyat serta generasi penerus. Dari beliau saya belajar bahwa politik sejati adalah pengabdian, bukan sekadar kekuasaan. Ia menghadirkan inspirasi melalui kesederhanaan dan konsistensi, membuktikan bahwa pelayanan adalah inti dari setiap tindakan politik.

Menulis tentang Tamsil Linrung berarti menulis tentang kesetiaan pada cita-cita bangsa. Dari daerah, ia menembus panggung nasional; dari panggung nasional, ia menyalakan obor yang menerangi generasi. Di usia ke-64, Tamsil bukan sekadar politisi senior, tetapi teladan bahwa politik dapat dijalani dengan kejujuran, keberanian, dan keberpihakan pada rakyat.

Hari ini, kita berutang banyak pada pemimpin yang masih teguh menjaga idealismenya. Dari Tamsil Linrung, kita belajar satu hal: pengabdian sejati tidak pernah padam—ia hanya berpindah panggung, untuk terus menyala bagi Indonesia. (*)

banner 2000x1100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *